PROBLEMATIKA SEMANGAT BELAJAR PADA REMAJA MASA KINI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Belajar
adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan
akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori
ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output
yang berupa respon. Atau dalam artian lain Belajar adalah suatu proses perubahan
didalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalambentuk
peningkatan kualitas dan kuantitas seperti peningkatan kercakapan, pengetahuan,
sikap, kebiasaan, pemahaman,ketrampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuan.
Sedangkan
masa remaja merupakan
masa dimana seorang
individu mengalami peralihan dari
satu tahap ke
tahap berikutnya dan
mengalami perubahan baik emosi,
tubuh, minat, pola
perilaku, dan juga
penuh dengan masalah-masalah . Oleh karenanya, remaja
sangat rentan sekali mengalami masalah psikososial, yakni masalah psikis
atau kejiwaan yang
timbul sebagai akibat terjadinya perubahan social. Hal itu
dapat menyebabkan menurunya minat belajar yang diditimbulkan oleh banyak faktor
pendorong. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan membahas
sebab – sebab apa yang melatar belakangi menurunya semangat belajar remaja serta bagaimana solusinya.
1.2
Rumusan masalah
v Faktor apa yang mempengaruhi
menurunnya semangat belajar siswa?
v Bagaimana solusinya ?
1.3 Tujuan
v Untuk mengetahui faktor menurunnya semangat belajar siswa
v Untuk mengetahui solusinya
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Menurunnya semangat Belajar
Pendidikan
dianggap sangat penting sebagai bekal untuk menjalani kehidupan dalam
masyarakat. Dengan kata lain berate menyangkut pembelajaran seseorang. Faktor –
faktor belajar adalah peristiwa belajar yang terjadi pada diri pembelajar, yang
dapat diamati dari perbedaan perilaku sebelum dan sesudah berada di dalam
proses belajar, sebab dalam makna belajar adalah adanya perubahan perilaku
seseorang kearah yang lebih baik dalam melaksanakan pembelajaran.
Faktor yang mempengaruhi seseorang dalam belajar itu
banyak jenisnya. Faktor – faktor belajar itupun dibagi menjadi dua bagian yaitu
faktor intern yang berasal dari dalam dan factor ekstern atau berasal dari
luar. Factor intern banyak dipengaruhi dari dalamdiri siswa itu sendiri dan
faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat. Antar kedua faktor itu masing masing bisa mempengaruhi seseorang
untuk meningkatkan prestasinya yang diperoleh dengan cara belajar.
1.Faktor Internal(keadaansiswa)
Faktor internal terdiri dari
dua faktor, yakni:
a) Faktor fisiologis, yaitu meliputi segala hal yang berhubungan
dengan keadaan fisik/jasmani individu seseorang, dan pada umumnya sangat berpengaruh
terhadap kemampuan belajar seseorang. Faktor tersebut meliputi kondisi fisik
yang normal dan kondisi kesehatan fisik.
Menurut Noehi Nasution, dkk. dalam Syaiful
Bahri Djamarah, bahwa, “orang yang dalam keadaan segar jasmaninya berlainan
belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan”. Anak-anak yang kekurangan
gizi; mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima atau
memperhatikan pelajaran.[1]
Kebanyakan remaja saat ini kurang memperhatikan
kesehatannya. Hal tersebut mungkin disebabkan karena banyaknya tugas-tugas,
praktikum, ujian dan sebagainya yang menyita banyak waktu sehingga tidak sempat
untuk mendapat asupan gizi. Sebagai
contoh ketika seorang mahasiswa yang jarak tempat tinggalnya jauh dari kampus
dituntut berada di ruang kuliah tepat waktu pada jam tujuh pagi sehingga tidak
sempat sarapan. Dengan begitu tubuh akan mudah lelah dan membuat enggan
belajar.
b)
Faktor Psikologis, yaitu yang di sebabkan oleh
kondisi kejiwaan individu yang meliputi:
1. Minat
Menurut Slameto bahwa minat
adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau
aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan
suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat
atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.[2]
Minat ini sangat mempengaruhi
semangat belajar, semakin besar minat belajar seseorang maka semakin
bersemangatlah orang tersebut untuk giat belajar dan sebaliknya jika seseorang
tidak memiliki minat maka dia akan enggan belajar. Pada umumnya minat ini
timbul dengan motivasi dari kesadaran dirinya sendiri. Namun, kebanyakan remaja
saat ini cenderung bersemangat jika setelah mendengarkan motivasi dari
seseorang bukan dari kesadaran dirinya sendiri secara utuh. Hal ini,
menyebabkan semangat belajar hanya bersifat sementara saja dan akhirnya kembali
enggan belajar.
2.
Inteligensi (kecerdasan)
Menurut Wechler dalam Dimyati dan Mudjiono,
bahwa inteligensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk
dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan
lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa
memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.[3]
Inteligensi – Diantara berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi belajar, faktor integritas sangat besar pengaruhnya dalam
proses dan kemajuan individu. Apabila individu memiliki inteligensi rendah
sulit untuk memperoleh hasil belajar yang baik dan sebaliknya.[4]
Dengan kata lain kecerdasan sangat menentukan perkembangan
belajr seseorang. Saat ini kebanyakan remaja yang memang minat belajarnya
kurang merasa pesimis dengan inteligensinya sehingga enggan untuk melanjutkan
sekolah.
3. Bakat
Disamping inteligensi, bakat merupakan faktor
yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang dalam suatu
bidang tertentu. Bakat adalah “salah satu kemampuan manusia untuk melakukan
suatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada”.[5]
Banyak remaja saat ini tidak mengetahui bakat
sebenarnya yang dimiliki sehingga salah dalam memilih jurusan atau cita-citanya.
Sehingga kesulitan dalam proses pembelajarannya. Dan menyebabkan rasa enggan
bahkan ada yang benar-benar membenci pelajaran tersebut. Namun ada juga yang
mengetahui bakat yang dimilikinya tapi tidak dapat mewujudkanya kerena
faktor-faktor tertentu.
4
Motivasi
Motivasi adalah “daya penggerak atau pendorong
untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga
dari luar”.
Motivasi didefinisikan sebagai kekuatan
psikologis yang menggerakkan seseorang ke arah beberapa jenis tindakan(Haggrat,
1989) dan sebagai suatu kesediaan peserta didik untuk menerima pembelajaran.[6]
Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsic) yaitu dorongan yang datang dari sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu at-au dapat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari. Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru teman-teman dan anggota masyarakat. Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran. Jadi kuat lemahnya motivasi seseorang turut mempengaruhi keberhasilannya.
Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsic) yaitu dorongan yang datang dari sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu at-au dapat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari. Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru teman-teman dan anggota masyarakat. Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran. Jadi kuat lemahnya motivasi seseorang turut mempengaruhi keberhasilannya.
5.
Konsentrasi Belajar
Menurut Thursan Hakim, bahwa konsentrasi adalah
“merupakan suatu kemampuan untuk memfokuskan pikiran, perasaan, kemauan, dan
segenap panca-indra ke satu objek di dalam suatu aktivitas tertentu, dengan
disertai usaha untuk tidak memedulikan objek-objek lain yang tidak ada
hubungannya dengan aktivitas itu”.[7]
Pemusatan perhatian (fokus) tertuju pada
objek/isi bahan belajar maupun proses memperolehnya, dan tidak terpengaruh
dengan sekelilingnya. Konsentrasi sangat mempengaruhi proses belajar seseorang,
apabila konsen-trasi menurun tentu menggangu belajarnya. Hal ini sejalan dengan
pendapat Rooijakker dalam Dimyati dan Mudjiono, mengatakan bahwa “kekuatan
perhatian selama 30 menit telah menurun”. Ia menyarankan agar guru memberikan
istirahat selingan selama beberapa menit.
6.
Kematangan dan Kesiapan
Kematangan merupakan suatu “tingkatan atau fase
dalam pertumbuhan seseorang, di mana seluruh organ-organ biologisnya sudah siap
untuk melakukan kecakapan baru”. Misalnya siap anggota tubuhnya untuk belajar.
Dalam konteks proses pembelajaran, kesiapan untuk belajar sangat menentukan
aktifitas belajar siswa. Siswa yang belum siap belajar, cenderung akan
berprilaku tidak kondusif, sehingga pada gilirannya akan mengganggu proses
belajar secara keseluruhan. Seperti siswa yang gelisah, ribut (tidak tenang)
sebelum proses belajar dimulai. Jadi kesiapan amat perlu diperhatikan dalam
proses belajar mengajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada
kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. Kesiapan juga erat hubungannya
dengan minat. Jadi jika tidak siap dapat membuat malas belajar.
7. Kelelahan
Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu kelelahan jasmani (fisik) dan kelelahan rohani (psikis). Kelelahan
jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan muncul kecenderungan untuk
membaringkan tubuh. Kelelahan ini disebabkan oleh terjadinya kekacauan subtansi
sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak atau kurang lancar pada
bagian-bagian tertentu. Sedangakan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya
kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk berbuat sesuatu
termasuk belajar menjadi hilang. Kelelahan jenis ini ditandai dengan kepala pusing,
sehingga sulit berkonsentrasi, seolah-olah otak kehilangan daya untuk bekerja.
8.
Kejenuhan dalam Belajar
Menurut Reber yang dikutip oleh Tohirin dalam
Muhibbin Syah, bahwa kejenuhan belajar adalah “rentang waktu tertentu yang
digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil”. Seseorang siswa yang
mengalami kejenuhan belajar, sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana
yang diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru,
sehingga kemajuan belajarnya seakan-akan mandeg (stagnan) tidak mendatangkan
hasil.
2. Faktor Eksternal Siswa
a) Faktor Lingkungan Keluarga
a) Faktor Lingkungan Keluarga
Keluarga adalah “ayah, ibu, dan anak-anak serta
famili yang menjadi penghuni rumah”. Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini
merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan
seseorang, dan tentu saja merupakan faktor pertama dan utama pula dalam
menentukan keberhasilan belajar seseorang.
Orang tua adalah penanggung jawab keluarga.
Dalam pendidikan keluarga menjadi suatu kebutuhan yang mendasar, sebab keluarga
adalah awal dimana anak mengenal dengan orang lain dan dirinya sendiri, serta
pertama-tama mendapatkan pendidikan, yaitu pendidikan yang diberikan oleh kedua
orang tuanya dan merupakan kewajiban yang bersifat kodrati dan bersifat agamis.
Hal ini diterangkan dalam Firman Allah surah at-Tahrim ayat 6 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka”.(Qs.At-Tahrim: 6)
Ayat tersebut, jelas peran orang tua di
lingkungan keluarga sangat memegang kunci. Kalau dari awal proses belajar dan
perkembangan anak tetap tercurah oleh para orang tua, maka tercipta kondisi
yang ideal bagi terwujudnya pola pikir anak ke arah pembelajaran yang baik.
b) Faktor Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah lembaga formal terjadinya proses belajar mengajar. Selain pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah diperoleh seseorang secara teratur, sistematis, bertingkat mulai TK sampai keperguruan tinggi.
Sekolah adalah lembaga formal terjadinya proses belajar mengajar. Selain pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah diperoleh seseorang secara teratur, sistematis, bertingkat mulai TK sampai keperguruan tinggi.
Salah satu yang menunjang keberhasilan belajar
seseorang di sekolah adalah:
1. Adanya kurikulum yang baik, yakni kurikulum
sesuai dengan kemampuan siswa, sedangkan kurikulum kurang baik adalah kurikulum
terlalu padat, di atas kemampuan siswa.
2. Sarana prasarana, yakni lengkapnya prasarana
dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik, karena adanya
gedung sekolah dengan lengkap fasilitas belajar, seperti buku pegangan anak,
ruang ibadah, laboratorium dan lain-lain. Jadi adanya kelengkapan fasilitas dan
sarana dapat mempengaruhi kegiatan belajar anak. Anak didik dapat belajar
dengan baik apabila suatu sekolah memenuhi segala kebutuhan belajar anak didik.
3. Tata tertib dan disiplin. Menurut Thursan
Hakim bahwa salah satu yang paling mutlaq harus ada di sekolah untuk menunjang
keberhasilan belajar adalah adanya “tata tertib dan disiplin yang ditegakkan
secara konsekuen dan konsisten”. Disiplin tersebut harus ditegakkan secara
menyeluruh, dari pimpinan sekolah yang bersangkutan, para guru, siswa sampai
karyawan sekolah lainnya. Dengan cara inilah dapat mempengaruhi prestasi
belajar para siswa. Sebaliknya apabila dalam suatu sekolah tidak ada tata
tertib dan kedisiplinan maka proses belajar tidak berjalan dengan baik, dan
akhirnya prestasi siswa pun kurang baik.
4. Guru. Guru adalah salah satu komponen
manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha
pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Guru yang
baik adalah guru yang profesional, mengajar sesuai dengan keahliannya. Apabila
kurang ahli dalam bidang pelajaran tertentu, maka jadi sasarannya adalah siswa,
yang kurang menguasai dengan materi.
5. Relasi guru dengan siswa. Proses interaksi
siswa dengan guru, dipengaruhi hubungan yang ada. Apabila guru dapat
berinteraksi dengan siswa dengan baik, akrab, siswa akan menyukai gurunya, juga
akan menyukai mata pelajaran yang diberikan oleh guru, sehingga siswa
mempelajarinya dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya apabila guru kurang
berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan proses belajar mengajar kurang
lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru, maka ia segan berpartisipasi secara
aktif dalam belajar.
6. Relasi siswa dengan siswa, yaitu hubungan
yang akan mempengaruhi proses belajarnya, apabila siswa mempunyai sifat-sifat
atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, rendah diri, mengalami
tekanan batin akan diasingkan dari kelompok. Ia menjadi malas sekolah karena
mengalami perlakuan kurang bagus dari temannya. Jadi perlu hubungan baik antar
siswa, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.
c)
Faktor Lingkungan Masyarakat
1. Kegiatan siswa dalam masyarakat, yakni
kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan
pribadinya. Tetapi kalau kegiatan siswa terlalu banyak maka akan terganggu
belajarnya, karena ia tidak bisa mengatur waktu.
2. Media Massa, yang dimaksud dalam media massa
adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, buku-buku, komik. Dan lain-lain. Media
massa yang baik akan memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga
terhadap belajarnya. Sebaliknya media massa yang jelek juga berpengaruh jelek
terhadap siswa.
3. Teman bergaul. Pengaruh dari teman bergaul
siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman yang baik
membawa kebaikan, seperti membawa belajar bersama, dan teman pergaulan yang
kurang baik adalah yang suka begadang, pecandu rokok, minum-minum maka
berpengaruh sifat buruk juga.
4. Bentuk kehidupan masyarakat, yakni apabila
kehidupan masyarakat yang terdiri dari orang-orang berpendidikan, terutama
anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik. Masyarakat yang
terdiri dari orang-orang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai
kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak yang berada
dilingkungan itu.
2.2 Solusi
Untuk mengatasi permasalahan dari faktor lingkungan
keluarga pertama dan utama adalah sebagai orang tua harus mengetahui factor
mana yang mempengaruhi semangat belajar anak.
. Jika memang kondisi kita sendiri sebagai orang tua yang kurang kondusif, maka
kita mesti jujur. Selain itu, perhatian orang tua juga sangat penting terutama
dalam membangun hubungan yang terkait dengan kesulitan-kesulitan yang mungkin
dialami anak. Juga hubungan silaturrahmi antara orang tua dan guru, ini juga
merupakan bentuk perhatian terhadap perkembangan belajar anak. Namun disamping
itu semua orang tua juga senantiasa mendoakan.
Persaingan antar saudara (sibbling rivalry)
bisa berpengaruh positif maupun negative pada anak Kebijaksanaan orang tua
sangat diperlukan. Bekal dan modal utamanya adalah pengakuan bahwa tiap anak
memiliki ciri dan kondisi yang memang berbeda, oleh karena itu cara mendorong,
membimbing dan mengarahkannyapun sangat mungkin tidak sama antar anak satu
dengan yang lain.
Sedangkan dari faktor lingkungan sekolah sebaiknya
dimulai dari kesadaran guru untuk bersikap hangat akan cenderung memotivasi
semangat belajar muridnya. Guru yang hangat adalah yang selalu menyapa ramah
murid-muridnya, terbuka, pintar mengajar, tapi juga yang selalu mengoreksi PR
yang dibuat murid-muridnya. Seseorang akan cenderung mengulangi perbuatannya,
jika perbuatan itu memberi rasa senang dan puas. Berikut ini hal-hal yang dapat
meningkatkan motivasi murid yaitu:
1) Memberi
angka, Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
2) Hadiah
3) Kompetisi
4) Pujian
5) Hukuman
Sedangkan faktor internal hanya dapat diatasi
dengan usaha siswa sendiri dengan membuat dirinya nyaman dan tidak terbebani dalam
belajar, contohnya belajar sambil mendengarkan music, belajar kelompok, tebak-tebakan dengan teman
seputar pelajaran.sedangkan agar dapat berkonsentrasi yaitu dengan rilek atau
bersantai. Untuk sederhananya lakukanlah tips-tips agar semangat dalam belajar
berikut:
1) Bergaul
dengan orang yang giat belajar.
Bergaul dengan orang-orang yang senang belajar
dan berprestasi, akan membuat kita pun gemar belajar.
Bertanyalah tentang pengalaman di berbagai tempat kepada orang-orang yang pernah atau sedang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, orang-orang yang mendapat beasiwa belajar di luar negeri, atau orang-orang yang mendapat penghargaan atas sebuah prestasi.
Bertanyalah tentang pengalaman di berbagai tempat kepada orang-orang yang pernah atau sedang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, orang-orang yang mendapat beasiwa belajar di luar negeri, atau orang-orang yang mendapat penghargaan atas sebuah prestasi.
2) Belajar
apapun
Pengertian belajar di sini
dipahami secara luas, baik formal maupun nonformal. Kita bisa belajar tentang
berbagai keterampilan seperti merakit komputer, belajar menulis, membuat film,
berlajar berwirausaha, dan lain lain-lainnya.
3) Bergaulah
dengan orang-orang yang optimis dan selalu berpikiran positif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Menurunnya semangat belajar remaja disebabkan dua faktor
yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu yang berasal dari diri
individu sendiri yang ada dua yaitu faktor fisiologi dan faktor psikologi.
Sedangkan faktor eksternal yaitu yang berasal dari luar individu yakni faktetor
lingkungannya.
Untuk mengatasi faktor eksternal dengan kesadaran orang tua dan perhatian mereka
terhada proses belajar anak. Selain itu juga dalam hal pergaulan mencari teman
yang giat belajar. Juga perhatian guru
sangat berpengaruh. Sementara faktor
internal dengan kesadaran sendiri akan pentingnya belajar serta cara
menyamankan dirinya dalam belajar. Sepeti bagaimana mengatur waktu dengan baik
agar sesuai dengan kebutuhkan.
3.2 Saran
penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran diharapkan sebagai koreksi.
[1]
Babam suryaman, 2011, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar, http://www.kosmaext2010.com/makalah-psikologi-belajar-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-belajar.php,
diakses pada tanggal 21 Mei 2012
[2]
Ibid.
[3] Ibid.
[4] Sunaryo, Psikologi untuk Keperawatan,
EGC, Jakarta, 2004, hal.172
[6] Susan B.Bastable, Perawat sebagai pendidik:
prinsip-prinsippengajaran dan pembelajara, Jakarta, EGC, 2002, hal.134
Sip. makasi banyak
BalasHapusMAKASIH INFONYA
BalasHapusMAKASIH INFONYA
BalasHapus