Selasa, 02 Oktober 2012

MAKALAH MENURUNYA SEMANGAT BELAJAR


 

PROBLEMATIKA SEMANGAT BELAJAR PADA REMAJA MASA KINI 

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Atau dalam artian lain Belajar adalah suatu proses perubahan didalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakkan dalambentuk peningkatan kualitas dan kuantitas seperti peningkatan kercakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,ketrampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuan.
Sedangkan masa  remaja  merupakan  masa  dimana  seorang  individu  mengalami peralihan  dari  satu  tahap  ke  tahap  berikutnya  dan  mengalami  perubahan  baik emosi,  tubuh,  minat,  pola  perilaku,  dan  juga  penuh  dengan  masalah-masalah . Oleh karenanya,  remaja  sangat  rentan  sekali mengalami masalah psikososial,  yakni  masalah  psikis  atau  kejiwaan  yang  timbul  sebagai  akibat terjadinya perubahan social. Hal itu dapat menyebabkan menurunya minat belajar yang diditimbulkan oleh banyak faktor pendorong. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan membahas sebab – sebab apa yang melatar belakangi menurunya semangat belajar remaja serta bagaimana solusinya.   
1.2 Rumusan masalah                                                                                                 
v  Faktor apa yang mempengaruhi menurunnya semangat belajar siswa?
v  Bagaimana solusinya ?
1.3 Tujuan
v  Untuk mengetahui  faktor  menurunnya semangat belajar siswa
v  Untuk mengetahui solusinya


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor-faktor  yang Mempengaruhi Menurunnya semangat Belajar
Pendidikan dianggap sangat penting sebagai bekal untuk menjalani kehidupan dalam masyarakat. Dengan kata lain berate menyangkut pembelajaran seseorang. Faktor – faktor belajar adalah peristiwa belajar yang terjadi pada diri pembelajar, yang dapat diamati dari perbedaan perilaku sebelum dan sesudah berada di dalam proses belajar, sebab dalam makna belajar adalah adanya perubahan perilaku seseorang kearah yang lebih baik dalam melaksanakan pembelajaran.
Faktor  yang mempengaruhi seseorang dalam belajar itu banyak jenisnya. Faktor – faktor belajar itupun dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor intern yang berasal dari dalam dan factor ekstern atau berasal dari luar. Factor intern banyak dipengaruhi dari dalamdiri siswa itu sendiri dan faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah  dan lingkungan masyarakat. Antar kedua faktor itu masing masing bisa mempengaruhi seseorang untuk meningkatkan prestasinya yang diperoleh dengan cara belajar.
1.Faktor Internal(keadaansiswa)
Faktor internal terdiri dari dua faktor, yakni:
a) Faktor fisiologis, yaitu meliputi segala hal yang berhubungan dengan keadaan fisik/jasmani individu seseorang, dan pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Faktor tersebut meliputi kondisi fisik yang normal dan kondisi kesehatan fisik.
Menurut Noehi Nasution, dkk. dalam Syaiful Bahri Djamarah, bahwa, “orang yang dalam keadaan segar jasmaninya berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan”. Anak-anak yang kekurangan gizi; mereka lekas lelah, mudah mengantuk, dan sukar menerima atau memperhatikan pelajaran.[1]
Kebanyakan remaja saat ini kurang memperhatikan kesehatannya. Hal tersebut mungkin disebabkan karena banyaknya tugas-tugas, praktikum, ujian dan sebagainya yang menyita banyak waktu sehingga tidak sempat untuk mendapat  asupan gizi. Sebagai contoh ketika seorang mahasiswa yang jarak tempat tinggalnya jauh dari kampus dituntut berada di ruang kuliah tepat waktu pada jam tujuh pagi sehingga tidak sempat sarapan. Dengan begitu tubuh akan mudah lelah dan membuat enggan belajar.
b) Faktor Psikologis, yaitu yang di sebabkan oleh kondisi kejiwaan individu yang meliputi:
1. Minat                                                                             
Menurut Slameto bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.[2]
Minat ini sangat mempengaruhi semangat belajar, semakin besar minat belajar seseorang maka semakin bersemangatlah orang tersebut untuk giat belajar dan sebaliknya jika seseorang tidak memiliki minat maka dia akan enggan belajar. Pada umumnya minat ini timbul dengan motivasi dari kesadaran dirinya sendiri. Namun, kebanyakan remaja saat ini cenderung bersemangat jika setelah mendengarkan motivasi dari seseorang bukan dari kesadaran dirinya sendiri secara utuh. Hal ini, menyebabkan semangat belajar hanya bersifat sementara saja dan akhirnya kembali enggan belajar.
2. Inteligensi (kecerdasan)

Menurut Wechler dalam Dimyati dan Mudjiono, bahwa inteligensi adalah suatu kecakapan global atau rangkuman kecakapan untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara baik, dan bergaul dengan lingkungan secara efisien. Kecakapan tersebut menjadi aktual bila siswa memecahkan masalah dalam belajar atau kehidupan sehari-hari.[3]
Inteligensi – Diantara berbagai faktor yang dapat mempengaruhi belajar, faktor integritas sangat besar pengaruhnya dalam proses dan kemajuan individu. Apabila individu memiliki inteligensi rendah sulit untuk memperoleh hasil belajar yang baik dan sebaliknya.[4]
Dengan kata lain kecerdasan sangat menentukan perkembangan belajr seseorang. Saat ini kebanyakan remaja yang memang minat belajarnya kurang merasa pesimis dengan inteligensinya sehingga enggan untuk melanjutkan sekolah.
3. Bakat

Disamping inteligensi, bakat merupakan faktor yang besar pengaruhnya terhadap proses dan hasil belajar seseorang dalam suatu bidang tertentu. Bakat adalah “salah satu kemampuan manusia untuk melakukan suatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada”.[5]
Banyak remaja saat ini tidak mengetahui bakat sebenarnya yang dimiliki sehingga salah dalam memilih jurusan atau cita-citanya. Sehingga kesulitan dalam proses pembelajarannya. Dan menyebabkan rasa enggan bahkan ada yang benar-benar membenci pelajaran tersebut. Namun ada juga yang mengetahui bakat yang dimilikinya tapi tidak dapat mewujudkanya kerena faktor-faktor tertentu.
4 Motivasi
Motivasi adalah “daya penggerak atau pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar”.
Motivasi didefinisikan sebagai kekuatan psikologis yang menggerakkan seseorang ke arah beberapa jenis tindakan(Haggrat, 1989) dan sebagai suatu kesediaan peserta didik untuk menerima pembelajaran.[6]
Motivasi yang berasal dari dalam diri (intrinsic) yaitu dorongan yang datang dari sanubari, umumnya karena kesadaran akan pentingnya sesuatu at-au dapat juga karena dorongan bakat apabila ada kesesuaian dengan bidang yang dipelajari. Motivasi yang berasal dari luar (ekstrinsik) yaitu dorongan yang datang dari luar (lingkungan), misalnya dari orang tua, guru teman-teman dan anggota masyarakat. Seseorang yang belajar dengan motivasi kuat, akan melaksanakan semua kegiatan belajarnya dengan sungguh-sungguh, penuh gairah atau semangat. Sebaliknya, belajar dengan motivasi yang lemah, akan malas bahkan tidak mau mengerjakan tugas-tugas yang berhubungan dengan pelajaran. Jadi kuat lemahnya motivasi seseorang turut mempengaruhi keberhasilannya.
5. Konsentrasi Belajar

Menurut Thursan Hakim, bahwa konsentrasi adalah “merupakan suatu kemampuan untuk memfokuskan pikiran, perasaan, kemauan, dan segenap panca-indra ke satu objek di dalam suatu aktivitas tertentu, dengan disertai usaha untuk tidak memedulikan objek-objek lain yang tidak ada hubungannya dengan aktivitas itu”.[7]
Pemusatan perhatian (fokus) tertuju pada objek/isi bahan belajar maupun proses memperolehnya, dan tidak terpengaruh dengan sekelilingnya. Konsentrasi sangat mempengaruhi proses belajar seseorang, apabila konsen-trasi menurun tentu menggangu belajarnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Rooijakker dalam Dimyati dan Mudjiono, mengatakan bahwa “kekuatan perhatian selama 30 menit telah menurun”. Ia menyarankan agar guru memberikan istirahat selingan selama beberapa menit.
6. Kematangan dan Kesiapan

Kematangan merupakan suatu “tingkatan atau fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana seluruh organ-organ biologisnya sudah siap untuk melakukan kecakapan baru”. Misalnya siap anggota tubuhnya untuk belajar. Dalam konteks proses pembelajaran, kesiapan untuk belajar sangat menentukan aktifitas belajar siswa. Siswa yang belum siap belajar, cenderung akan berprilaku tidak kondusif, sehingga pada gilirannya akan mengganggu proses belajar secara keseluruhan. Seperti siswa yang gelisah, ribut (tidak tenang) sebelum proses belajar dimulai. Jadi kesiapan amat perlu diperhatikan dalam proses belajar mengajar, karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya akan lebih baik. Kesiapan juga erat hubungannya dengan minat. Jadi jika tidak siap dapat membuat malas belajar.
7. Kelelahan

Kelelahan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani (fisik) dan kelelahan rohani (psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan muncul kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Kelelahan ini disebabkan oleh terjadinya kekacauan subtansi sisa pembakaran di dalam tubuh, sehingga darah tidak atau kurang lancar pada bagian-bagian tertentu. Sedangakan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk berbuat sesuatu termasuk belajar menjadi hilang. Kelelahan jenis ini ditandai dengan kepala pusing, sehingga sulit berkonsentrasi, seolah-olah otak kehilangan daya untuk bekerja.
8. Kejenuhan dalam Belajar

Menurut Reber yang dikutip oleh Tohirin dalam Muhibbin Syah, bahwa kejenuhan belajar adalah “rentang waktu tertentu yang digunakan untuk belajar, tetapi tidak mendatangkan hasil”. Seseorang siswa yang mengalami kejenuhan belajar, sistem akalnya tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan dalam memproses item-item informasi atau pengalaman baru, sehingga kemajuan belajarnya seakan-akan mandeg (stagnan) tidak mendatangkan hasil.
 2. Faktor Eksternal Siswa
a) Faktor Lingkungan Keluarga

Keluarga adalah “ayah, ibu, dan anak-anak serta famili yang menjadi penghuni rumah”. Faktor lingkungan rumah atau keluarga ini merupakan lingkungan pertama dan utama dalam menentukan perkembangan pendidikan seseorang, dan tentu saja merupakan faktor pertama dan utama pula dalam menentukan keberhasilan belajar seseorang.
Orang tua adalah penanggung jawab keluarga. Dalam pendidikan keluarga menjadi suatu kebutuhan yang mendasar, sebab keluarga adalah awal dimana anak mengenal dengan orang lain dan dirinya sendiri, serta pertama-tama mendapatkan pendidikan, yaitu pendidikan yang diberikan oleh kedua orang tuanya dan merupakan kewajiban yang bersifat kodrati dan bersifat agamis. Hal ini diterangkan dalam Firman Allah surah at-Tahrim ayat 6 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”.(Qs.At-Tahrim: 6)
Ayat tersebut, jelas peran orang tua di lingkungan keluarga sangat memegang kunci. Kalau dari awal proses belajar dan perkembangan anak tetap tercurah oleh para orang tua, maka tercipta kondisi yang ideal bagi terwujudnya pola pikir anak ke arah pembelajaran yang baik.
b) Faktor Lingkungan Sekolah                 
Sekolah adalah lembaga formal terjadinya proses belajar mengajar. Selain pendidikan dalam keluarga, pendidikan di sekolah diperoleh seseorang secara teratur, sistematis, bertingkat mulai TK sampai keperguruan tinggi.
Salah satu yang menunjang keberhasilan belajar seseorang di sekolah adalah:
1. Adanya kurikulum yang baik, yakni kurikulum sesuai dengan kemampuan siswa, sedangkan kurikulum kurang baik adalah kurikulum terlalu padat, di atas kemampuan siswa.
2. Sarana prasarana, yakni lengkapnya prasarana dan sarana pembelajaran merupakan kondisi pembelajaran yang baik, karena adanya gedung sekolah dengan lengkap fasilitas belajar, seperti buku pegangan anak, ruang ibadah, laboratorium dan lain-lain. Jadi adanya kelengkapan fasilitas dan sarana dapat mempengaruhi kegiatan belajar anak. Anak didik dapat belajar dengan baik apabila suatu sekolah memenuhi segala kebutuhan belajar anak didik.
3. Tata tertib dan disiplin. Menurut Thursan Hakim bahwa salah satu yang paling mutlaq harus ada di sekolah untuk menunjang keberhasilan belajar adalah adanya “tata tertib dan disiplin yang ditegakkan secara konsekuen dan konsisten”. Disiplin tersebut harus ditegakkan secara menyeluruh, dari pimpinan sekolah yang bersangkutan, para guru, siswa sampai karyawan sekolah lainnya. Dengan cara inilah dapat mempengaruhi prestasi belajar para siswa. Sebaliknya apabila dalam suatu sekolah tidak ada tata tertib dan kedisiplinan maka proses belajar tidak berjalan dengan baik, dan akhirnya prestasi siswa pun kurang baik.
4. Guru. Guru adalah salah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar, yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia yang potensial di bidang pembangunan. Guru yang baik adalah guru yang profesional, mengajar sesuai dengan keahliannya. Apabila kurang ahli dalam bidang pelajaran tertentu, maka jadi sasarannya adalah siswa, yang kurang menguasai dengan materi.
5. Relasi guru dengan siswa. Proses interaksi siswa dengan guru, dipengaruhi hubungan yang ada. Apabila guru dapat berinteraksi dengan siswa dengan baik, akrab, siswa akan menyukai gurunya, juga akan menyukai mata pelajaran yang diberikan oleh guru, sehingga siswa mempelajarinya dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya apabila guru kurang berinteraksi dengan siswa secara akrab, menyebabkan proses belajar mengajar kurang lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru, maka ia segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.
6. Relasi siswa dengan siswa, yaitu hubungan yang akan mempengaruhi proses belajarnya, apabila siswa mempunyai sifat-sifat atau tingkah laku yang kurang menyenangkan teman lain, rendah diri, mengalami tekanan batin akan diasingkan dari kelompok. Ia menjadi malas sekolah karena mengalami perlakuan kurang bagus dari temannya. Jadi perlu hubungan baik antar siswa, agar dapat memberikan pengaruh yang positif terhadap belajar siswa.
c) Faktor Lingkungan Masyarakat

1. Kegiatan siswa dalam masyarakat, yakni kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan terhadap perkembangan pribadinya. Tetapi kalau kegiatan siswa terlalu banyak maka akan terganggu belajarnya, karena ia tidak bisa mengatur waktu.
2. Media Massa, yang dimaksud dalam media massa adalah bioskop, radio, TV, surat kabar, buku-buku, komik. Dan lain-lain. Media massa yang baik akan memberi pengaruh yang baik terhadap siswa dan juga terhadap belajarnya. Sebaliknya media massa yang jelek juga berpengaruh jelek terhadap siswa.
3. Teman bergaul. Pengaruh dari teman bergaul siswa lebih cepat masuk dalam jiwanya daripada yang kita duga. Teman yang baik membawa kebaikan, seperti membawa belajar bersama, dan teman pergaulan yang kurang baik adalah yang suka begadang, pecandu rokok, minum-minum maka berpengaruh sifat buruk juga.
4. Bentuk kehidupan masyarakat, yakni apabila kehidupan masyarakat yang terdiri dari orang-orang berpendidikan, terutama anak-anaknya rata-rata bersekolah tinggi dan moralnya baik. Masyarakat yang terdiri dari orang-orang tidak terpelajar, penjudi, suka mencuri dan mempunyai kebiasaan yang tidak baik, akan berpengaruh jelek kepada anak yang berada dilingkungan itu.
2.2 Solusi
            Untuk mengatasi permasalahan dari faktor lingkungan keluarga pertama dan utama adalah sebagai orang tua harus mengetahui factor mana yang mempengaruhi semangat belajar anak. . Jika memang kondisi kita sendiri sebagai orang tua yang kurang kondusif, maka kita mesti jujur. Selain itu, perhatian orang tua juga sangat penting terutama dalam membangun hubungan yang terkait dengan kesulitan-kesulitan yang mungkin dialami anak. Juga hubungan silaturrahmi antara orang tua dan guru, ini juga merupakan bentuk perhatian terhadap perkembangan belajar anak. Namun disamping itu semua orang tua juga senantiasa mendoakan.
 Persaingan antar saudara (sibbling rivalry) bisa berpengaruh positif maupun negative pada anak Kebijaksanaan orang tua sangat diperlukan. Bekal dan modal utamanya adalah pengakuan bahwa tiap anak memiliki ciri dan kondisi yang memang berbeda, oleh karena itu cara mendorong, membimbing dan mengarahkannyapun sangat mungkin tidak sama antar anak satu dengan yang lain.
            Sedangkan dari faktor lingkungan sekolah sebaiknya dimulai dari kesadaran guru untuk bersikap hangat akan cenderung memotivasi semangat belajar muridnya. Guru yang hangat adalah yang selalu menyapa ramah murid-muridnya, terbuka, pintar mengajar, tapi juga yang selalu mengoreksi PR yang dibuat murid-muridnya. Seseorang akan cenderung mengulangi perbuatannya, jika perbuatan itu memberi rasa senang dan puas. Berikut ini hal-hal yang dapat meningkatkan motivasi murid yaitu:
1)     Memberi angka, Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.
2)     Hadiah
3)     Kompetisi
4)     Pujian
5)     Hukuman
Sedangkan faktor internal hanya dapat diatasi dengan usaha siswa sendiri dengan membuat dirinya nyaman dan tidak terbebani dalam belajar, contohnya belajar sambil mendengarkan music,  belajar kelompok, tebak-tebakan dengan teman seputar pelajaran.sedangkan agar dapat berkonsentrasi yaitu dengan rilek atau bersantai. Untuk sederhananya lakukanlah tips-tips agar semangat dalam belajar berikut:
1)     Bergaul dengan orang yang giat belajar.
 Bergaul dengan orang-orang yang senang belajar dan berprestasi, akan membuat kita pun gemar belajar.
Bertanyalah tentang pengalaman di berbagai tempat kepada orang-orang yang pernah atau sedang melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi, orang-orang yang mendapat beasiwa belajar di luar negeri, atau orang-orang yang mendapat penghargaan atas sebuah prestasi.
2)     Belajar apapun
 Pengertian belajar di sini dipahami secara luas, baik formal maupun nonformal. Kita bisa belajar tentang berbagai keterampilan seperti merakit komputer, belajar menulis, membuat film, berlajar berwirausaha, dan lain lain-lainnya.
3)     Bergaulah dengan orang-orang yang optimis dan selalu berpikiran positif.






BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Menurunnya semangat belajar remaja disebabkan dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.  Faktor internal yaitu yang berasal dari diri individu sendiri yang ada dua yaitu faktor fisiologi dan faktor psikologi. Sedangkan faktor eksternal yaitu yang berasal dari luar individu yakni faktetor lingkungannya.
            Untuk mengatasi faktor eksternal dengan  kesadaran orang tua dan perhatian mereka terhada proses belajar anak. Selain itu juga dalam hal pergaulan mencari teman yang giat belajar. Juga perhatian guru  sangat  berpengaruh. Sementara faktor internal dengan kesadaran sendiri akan pentingnya belajar serta cara menyamankan dirinya dalam belajar. Sepeti bagaimana mengatur waktu dengan baik agar sesuai dengan kebutuhkan.
3.2 Saran
            penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran diharapkan sebagai koreksi.


[1] Babam suryaman, 2011, Faktor-faktor  yang Mempengaruhi Belajar, http://www.kosmaext2010.com/makalah-psikologi-belajar-faktor-faktor-yang-mempengaruhi-belajar.php, diakses pada tanggal 21 Mei 2012

[2] Ibid.

[3] Ibid.
[4] Sunaryo, Psikologi untuk Keperawatan, EGC, Jakarta, 2004, hal.172 
[5] Babam suryaman,  Loc.cit
[6] Susan B.Bastable, Perawat sebagai pendidik: prinsip-prinsippengajaran dan pembelajara, Jakarta, EGC, 2002, hal.134

[7] Babam suryaman,  Loc.cit

 SEMOGA MAKALAH INI BERMANFAAT. Amiiiin
JANGAN LUPA DI SHARE  YA!!!!! ^_^


3 komentar: